KESALAHAN KESALAHAN FATAL MANUSIA DALAM HIDUP



KESALAHAN KESALAHAN FATAL MANUSIA DALAM HIDUP


Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad salallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang selalu tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya.

Manusia hidup di dunia diberi kesempatan untuk melihat tanda-tanda Keagungan Allah dan selalu bertasbih mengagungkan Allah dan memperbanyak amal shalih yang akan membawanya kepada derajat yang mulia.

Manusia diperintah oleh Allah untuk selalu menjaga kemurnian keyakinannya, agar selalu berbakti kepada Allah Tuhan Yang Maha Suci, Maha Mulia, dan Maha Agung Tuhan, Tuhan Yang Maha Tinggi, Tuhan Pencipta semesta Alam, tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan sekaligus berlumba-lumba dalam menjaga iman dan selalu beramal saleh.

Ada beberapa hal yang manusia sering lalai, salah dan tidak hirau. Namun dapat menimbulkan kerugian besar dalam hidup manusia di dunia dan di akhirat. Beberapa hal itu adalah:

1. SALAH DALAM MENGAMBIL TUHAN

Dari zaman ke zaman, kesalahan manusia adalah sama, manusia yang suci bersih hatinya mengetahui akan keagungan Allah yang Maha Esa dan keindahan serta keseimbangan ciptaan-Nya, sehingga manusia senantiasa hanya menyeru dan menyembah kepada Allah yang Maha Esa semata, jiwanya terpuaskan dalam bertasbih mengagungkan-Nya.

Namun dalam kehidupan, ketika manusia telah berbuat dosa, dan telah membudaya perbuatan dosa maka manusia berbondong-bondong mengikuti jalan-jalan kezaliman dan dosa, mengikuti pujukan syaitan yang terasa indah dengan tipudaya, maka kemudian mata hati manusia akan tertutup, terbelok, terbias, dan tersesat dalam hidup.

Manusia tidak lagi menuhankan Allah yang Dzat Yang Maha Esa, yang Maha Suci, Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, tetapi manusia telah tergelincir, terbelok dengan bisikan-bisikan syaitan yang membawa mereka tersesat dan kemudian mencari tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Dan itu semua merupakan keberhasilan syaitan musuh manusia didalam membelokkan jalan hidup manusia.

Beberapa firman Allah dibawah ini memberitahu kepada kita tentang kesesatan manusia tentang keyakinan mereka akibat dibelokkan syaitan, sehingga menyembah kepada selain Allah

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al Baqarah: 165)

“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Al A’raaf: 30)

Terbeloknya hati manusia dari bertuhan kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Bijaksana, maka memunculkan berbagai aliran-aliran agama dan filsafat kehidupan yang beraneka ragam, dan mengakibatkan munculnya beragai isme-isme, yang memisahkan manusia dari Allah dan manusia diajak untuk mengikuti cara pandang pembuat filsafat atau isme-isme tersebut.

Manusia tidak lagi menghamba kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dzat yang Maha Suci. Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melindungi dst. Namun manusia diajak untuk mengikuti, membela, memperjuangkan pendapat manusia, menuhankan manusia, yang semua itu pada hakikatnya adalah menuhankan manusia yang telah tersesat dari jalan Allah, yang telah disesatkan syaitan dari jalan Allah dzat. Dan bila diikuti maka semua berujung pada kesengsaraan dunia dan akhirat, walaupun nampak bagus dan menawan tetapi menyesatkan.

Allah-lah Pencipta langit dan bumi. Allah memberi ilham kepada manusia, sehingga manusia bisa membuat alat-alat otomatis dan robot. Apa yang diciptakan Allah, dan apa yang dibuat manusia amat jauh sekali beda kesempurnaannya dan tidak bisa dibandingkan, tetapi banyak manusia lebih menyukai filsafat dan isme2 buatan manusia dibandingkan bertaat kepada Agama Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana.

2. SALAH DALAM MENGISI KEHIDUPAN

Tahukah kita tentang hakekat Mengisi Hidup di dunia? Manusia dulu pernah tidak ada, dan akhirnya suatu saat tidak ada kembali, apa sebenarnya tugas hidup manusia dimuka bumi? Apakah untuk bertikai, untuk saling menumpahkan darah,  saling mencelakai? Manusia perlu meluruskan hakikat tujuan hidup yang sebenarnya.

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al Israa’: 44)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.” (Azh-Dzhariayat: 56 & 57)

Seluruh kehidupan di alam raya memiliki tujuan yang satu yaitu untuk selalu bertasbih mengagungkan Allah. Demikian pula manusia diperintah untuk melihat tanda-tanda keagungan Allah dan kemudian selalu bertasbih mengagungkan Allah, namun manusia banyak yang melupakan tugas utama itu dan lebih suka menekuni pekerjaan-pekerjaan yang melalaikan dari tugas utama tersebut, dan kemudian hidupnya menjadi sia-sia.

Allah mengatakan bahwa hidup di dunia adalah permainan yang melalaikan, sebaliknya hidup yang sebenarnya adalah kehidupan yang kekal abadi di akherat kelak.

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Al Ghafir: 39)

Salah dalam memahami tujuan dan cita-cita hidup, maka akan salah pula dalam beraktifitas mengisi kehidupan. Dan salah pula dalam menggunakan dan mengelola segala fasilitas kehidupan.

Dalam abad modern akhir-akhir ini tidak banyak orang mengetahui hakikat tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika teknologi telah menjadi semakin maju dan menawan, ketika semuanya sudah menjadi instant dan otomatis, manusia lupa bahwa tugas hidup adalah berbakti kepada Allah, selalu bertasbih dan bersyukur kepada Allah pemilik dan pemelihara seluruh Alam. Selalu berbuat yang baik-baik, yang saleh-saleh, yang adil, yang bijaksana, yang penuh dengan kasih sayang.

Sumber kasih sayang, kelembutan hati, perbuatan baik, adalah hati yang suci dan bersih yang selalu bertasbih kepada Allah dan tunduk taat kepadaNya. Ketika manusia tidak memahami akan hakikat kebutuhan jiwanya tersebut, dan kemudian diabaikan, maka manusia menjadi gersang jiwanya.

Ketika manusia semakin sibuk dengan soal-soal ilmu dan teknologi, soal-soal materi, soal-soal kenyamanan, soal-soal hiburan, maka kemudian manusia lupa kepada Allah yang telah memberi segala sesuatu kebutuhan hidupnya. Manusia telah melupakan Allah yang telah melindungi langit dan bumi, yang telah memberikan rasa aman dan tenteram, yang telah memberikan kepada mereka nikmat yang baik-baik.

Kelupaan manusia kepada Allah, tidak merugikan Allah sama sekali, namun berakibat fatal bagi manusia. Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Pengasih, maka manusia kehilangan jiwa kasih sayang. Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Bijaksana, manusia kehilangan jiwa kebijaksanaan. Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Adil, manusia kehilangan jiwa keadilan. Ketika manusia melupakan Allah Yang Maha Suci, manusia kehilangan jiwa kesucian, dst.

Maka jadilah manusia menjadi makhluk-makhluk jahat, sesat dan perusak. Hal yang demikian tentunya harus dihentikan dan tidak diterus-teruskan. Apakah kita sebagai manusia suka kalau rumah milik kita dirusak oleh tamu-tamu yang datang di rumah kita, tentu tidak mau.

Bumi ini milik Allah tentu Allah tidak ridha kalau kita berbuat kezaliman, kerusakan dan kejahatan diatasnya, apalagi kita menzalimi para orang-orang saleh yang dikasihi oleh Allah. Bencana demi bencana, musibah demi musibah adalah peringatan dari Allah, agar kita mengoreksi diri, agar kita tidak terus menerus berbuat kezaliman dimuka bumi, agar kita berhenti dari berbuat saling menzalimi.

Bumi ini milik Allah subhanahu wata’ala dan apa yang diatasnya Allahlah Pemiliknya. Apakah Allah akan mengekalkannya atau Allah akan menyudahinya, semuanya ditangan Allah. Manusia diberi kebebasan untuk berbuat. Jangan sampai perbuatan yang dilakukan, sesuatu yang Allah tidak menyukainya.

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”  (Al Hasyr: 19)

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (Al Mujadalah: 19)

Ilmu dan teknologi yang berjalan tanpa landasan iman dan taqwa, hanya akan memunculkan manusia-manusia yang berjiwa syaitan, dan syaitan tidak mengajak kecuali kepada jalan keji dan mungkar.

“Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui.”  (Al Baqarah: 169)

Ilmu dan teknologi yang tidak dikembangkan oleh orang yang tidak beriman dan tidak tunduk patuh kepada Allah, maka ilmu dan teknologi hanya digunakan untuk memperlancar, memperbesar, dan meningkatkan dalam memuaskan kesenangan hawanafsu. Padahal hawanafsu yang diperturutkan akan membawa kepada kesesatan, kedurhakaan dan kebinasaan.

Ilmu dan teknologi pernah menghancurkan peradaban umat manusia, baik lewat perang dunia satu, perang dunia dua, atau kezaliman-kezaliman negara-negara adidaya kepada Negara-negara yang lebih lemah. Semua itu menunjukkan akan dasyatnya peranan ilmu dan teknologi didalam membuat kerusakan di muka bumi.

Jangan sampai ilmu dan teknologi membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran akibat orang-orang pelaku dibalik teknologi tidak mau taat kepada Allah, tidak mau bertasbih kepada Allah, tidak mau beramal soleh, tidak mau hidup dengan penuh kasih sayang.

Bagi orang-orang beriman maka perlu meluruskan dan mengoreksi kembali aktifitas hidupnya. Sudahkan ibadah-ibadah yang dituntunkan oleh Islam telah diketahui, diamalkan, dan telah dirasakan kelezatannya. Sudahkan dengan pengamalan itu kemudian mendatangkan sifat-sifat mulia dalam dirinya?

3. SALAH DALAM BERHUBUNGAN SESAMA MANUSIA

A.      HIDUP SALING MEMBANTU DAN SALING MELENGKAPI

Allah memerintah umat manusia untuk berbuat baik diantara mereka, Allah yang memberikan perbedaan-perbedaan diantara manusia, tentang kecerdasannya, tentang kekuatannya, tentang keterampilannya dan berbagai perbedaan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al An’am: 165)

B.      HIDUP SELALU BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN

Manusia diperintah untuk mengedepankan kebaikan-kebaikan diantara mereka dan menekan sekuat-kuatnya segala kehendak jahat yang memang ada dalam diri manusia.

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.”  (Al Kahf: 7)

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”  (Al Mulk: 2)

Keindahan kehendak Allah yang demikian sering dilanggar manusia dengan melakukan perbuatan memperturutkan hawa nafsu dan berbuat kezaliman yang medatangkan dosa dalam hati manusia.

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (As’shura: 42)

Karena manusia telah berbuat dosa akibatnya manusia saling mencelakai, saling merugikan, dzalim kepada diri sendiri dan orang lain, mencelakakan diri dan orang lain. Dan Allah tidak mencintai orang-orang yang dzalim.

Berbagai contoh musibah-musibah kehancuran suatu kaum Allah kabarkan kepada umat manusia lewat Al-Qur’an, agar manusia meninggalkan perbuatan kezaliman. Kezaliman diantara umat manusia hanya akan mendatangkan hukuman Allah.

“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal Rasul-Rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterang-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. (Yunus: 13)

4. SALAH DALAM MENGELOLA ALAM LINGKUNGAN

Manusia hidup dibumi Allah, tempat yang aman yang telah dibuat oleh Allah untuk kehidupan sementara manusia, tempat menguji manusia. Dan tempat tersebut adalah tempat yang dipelihara dan dilindungi oleh Allah

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al Baqarah: 164)

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Al A’raaf: 10)

Manusia diperintah untuk memakmurkan bumi, dan hidup dimuka bumi untuk selalu berbakti kepada Allah, dilarang berbuat kerusakan diatasnya. Bila manusia melupakan Allah dan berbuat kerusakan diatasnya, maka akibat buruk itu akan kembali kepada diri manusia itu sendiri.

Hati yang selalu bertasbih kepada Allah, hati yang me-Mahasucikan Allah, maka hati tersebut akan selalu suci bersih dan selalu berusaha meminimalkan dari berbagai sifat-sifat tercela. Sehingga hati yang tunduk patuh kepada Allah, akan berbuat hal-hal yang bersifat membangun dan membahagiakan diri dan linkungannya.

Sedang bila manusia meninggalkan Allah, manusia akan dipujuk oleh syaitan. Dan tidak ada yang dipujukkan syaitan kecuali untuk mencelakakan umat manusia. Syaitan menipu manusia dengan menampakkan perbuatan yang dimurkai dan dilarang oleh Allah sebagai perbuatan yang menyenangkan, yang menggiurkan, yang menawan, yang mengasyikkan. Tetapi bila diperbuat hasilnya adalah kerusakan dan kebinasaan.

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Az-Zukhruf: 36 & 37 )

Manusia yang telah mengikuti bujukan syaitan, akan ditarik jauh dari cinta kepada kebenaran yang datangnya dari Allah dzat yang Maha Benar, sehingga manusia menjadi teman-teman syaitan untuk berbuat durhaka kepada Allah Pencipta dan Pemelihara seluruh alam.
Namun bagaimanapun kedurhakaan umat manusia kepada Allah, maka kerugiannya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Baik secara pribadi atau secara kelompok, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Kerusakan di muka bumi akan menjadikan manusia susah hidup diatasnya, dan itulah tujuan syaitan menyesatkan manusia, agar manusia hidup susah dan celaka.

Sifat rakus, sifat tama’, sifat sombong, sifat dengki, sifat dendam, penipu, pemalsu, perusak, pengacau, pemfitnah, sifat-sifat jahat akan menjadi tabiat manusia yang telah mengikuti bujukan-bujukan syaitan yang sesat. Sehingga manusia telah berubah dari manusia yang bersifat membangun menjadi manusia yang bersifat merusak. Merusak diri, keluarga, masyarakat, bangsa, Negara, lingkungan dan merusak segalanya. Beberapa firman Allah berkenaan dengan hal itu Allah sampaikan sebagai berikut.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: ”Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-oramg yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari itu mereka terpisah-pisah.” (Ar Rum: 43)

Lingkungan alam, lingkungan kemasyarakatan, bangsa, Negara, dan dunia bisa rusak, akibat kesalahan tingkah laku manusia yang telah berbuat kerusakan diatasnya.

Bila manusia ingin memperbaiki diri, masyarakat, bangsa, Negara, dunia, maka yang harus diperbaiki adalah jiwanya, dirinya, hatinya. Jiwa yang selalu bertasbih kepada Allah, jiwa yang selalu mensucikan diri, jiwa yang selalu mengingat balasan amal perbuatan, maka akan menjadi jiwa yang membangun dan selalu berbuat kebaikan dimuka bumi. Wallahu a’lam.
https://www.facebook.com/notes/bicara-hidayah/kesalahan-kesalahan-fatal-manusia-dalam-hidup/714098628660198?comment_tracking={%22tn%22%3A%22O%22}

0 komentar "KESALAHAN KESALAHAN FATAL MANUSIA DALAM HIDUP", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar