Meneliti Konsep Dosa Warisan




Dalam artikel kali ini kita akan membicarakan tentang konsep dosa warisan. Faktanya, meskipun konsep dosa warisan dipercaya oleh sebagian besar umat Kristen di Barat, tapi secara keseluruhan tidak disepakati oleh semua umat Kristen. Dan dari tiga agama Abrahamic, yaitu Yudaisme, Kristen, dan Islam, Yudaisme dan Islam tidak mengenal konsep dosa warisan. Faktanya, Keristenan Timur juga tidak mengikuti prinsip ini.

Konsep dosa warisan disebabkan karena Adam dan Hawa berdosa ketika mereka melanggar perintah Tuhan agar jangan memakan buah terlarang di dalam surga. Dan dosa itu diwariskan kepada keturunan mereka, yang berarti semua manusia hingga zaman sekarang terkena dosa itu. Dan ini merupakan bagian penting dari iman Kristen. Iman Kristen mengajarkan bahwa manusia terlahir penuh dosa, dan kita dapat meraih ampunan dengan beriman kepada Yesus Kristus yang menebus dosa-dosa manusia. Jadi kematian Yesus telah membayar dosa warisan yang mempengaruhi semua umat manusia.

Apakah ini masuk akal? Gunakanlah akal kita. Jika kita melihat  seorang bayi dan lihatlah wajah bayi tersebut, lihatlah keluguannya, begitu susah untuk meyakinkan diri kita bahwa jika bayi ini mati, maka dia akan masuk neraka karena dosa warisan. Nyatanya, tidak seorangpun yang pernah melihat seorang bayi dan mengatakan “Oh, betapa jahatnya bayi ini. Dia perlu dijebloskan ke penjara.”

Seorang bayi terlihat begitu polos dan suci. Alasannya adalah karena menurut Yudaisme, Kristen Timur, dan Islam, tidak ada yang namanya dosa warisan. Sekarang mari kita bandingkan antara Kristen dengan Islam.

Konsep Islam tentang dosa sangat berbeda. Dalam Kekristenan, jika kau memikirkan suatu perbuatan jahat, maka hal itu adalah dosa. Tetapi dalam Islam, jika kau memikirkan hal yang buruk, tetapi kau tidak melakukan perbuatan buruk tersebut, maka itu bukan dosa. Bahkan faktanya, jika kau memikirkan hal buruk tapi kau tidak melakukannya, maka dia menjadi amal baik. Kenapa begitu? Cukup berdasarkan logika, kurasa kita semua pasti setuju bahwa semua manusia, baik pria dan wanita cenderung memikirkan hal-hal buruk daripada hal-hal baik. Itu sudah sifat alami kita.

Bayangkanlah, jika seorang pria sedang berjalan di trotoar dan melihat seorang wanita cantik mengenakan bikini berjalan melewatinya, apakah pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah berlari ke rumah ibadah terdekat dan bersedekah? Apakah pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah mengurus anak yatim piatu? Kalian para pria yang sedang membaca tulisan ini? Ayo, mengakulah.

Untukmu yang wanita, kau sedang berjalan di trotoar dan ketika kau menunduk, ternyata tergeletak cincin berlian 3 karat di trotoar. Berapa banyak wanita di dunia ini yang pikiran pertamanya adalah mengangkat cincin itu tinggi-tinggi dan berseru kepada setiap orang di jalan “Ini adalah cincin berlian 3 karat yang sangat mahal, siapa yang punya?” Tentu pikiran pertama kita adalah ingin mengambil cincin itu dan memasukkannya ke dalam saku kita.

Jadi sudah menjadi kodrat kita sebagai manusia bahwa kita cenderung memikirkan hal-hal buruk daripada hal-hal baik. Ini hanyalah soal menahan hasrat ingin berbuat dosa sehingga kita layak mendapatkan pahala.

Dan jika kau melakukan amal baik demi mengharapkan ridho Allah, maka Allah akan memberimu pahala mulai dari 10 hingga 700 kali lipat dari nilai kelakuan baik itu yang sebenarnya.

Kenapa begitu? Karena tidak mudah untuk melakukan kebaikan. Misalnya kau mempunyai uang 100 dollar, dan kau mempunyai pilihan untuk membelanjakannya untuk kenikmatan duniawi, atau memberikannya kepada orang-orang miskin. Itu hal yang sangat sulit dilakukan. Jadi atas rahmat Allah, kelakuan baik diberikan pahala berlipat ganda, sedangkan kelakuan buruk dicatat sesuai dengan nilai kelakuan buruk itu.

Sekarang, kita kembali lagi ke topik utama, yaitu perihal dosa warisan. Yang menjadi pertanyaan adalah, darimana konsep ini berasal? Jika kau seorang Kristen dan diberitahu bahwa ajaran ini datang dari Yesus Kristus, berhati-hatilah! Tidak pernah sekalipun Yesus Kristus mengajarkannya. Yesus Kristus adalah seorang Yahudi Orthodox dan itulah mengapa dia dijuluki Rabbi Yesus. Dia mengajarkan hukum Yahudi Orthodox.

Yesus berkata dalam Matius 19:14

"Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."  (Matius 19:14)

Jika anak-anak ini ternoda karena dosa warisan, bagaimana mungkin dia mengatakan bahwa mereka adalah empunya Kerajaan Surga? Tapi para pendeta mengajarkan bahwa  anak-anak akan masuk api neraka jika mereka mati tanpa dibaptis. Sedangkan Yesus Kristus mengajarkan bahwa anak-anak terlahir dalam keadaan suci.

Dalam Perjanjian Lama yang merupakan kitab hukum yang Yesus ajarkan sebagai seorang Yahudi Orthodox, tercatat dalam  Ezekiel 18:20:

“Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kejahatan orang fasik akan tertanggung atasnya.” (Ezekiel 18:20)

Dalam ayat ini dikatakan bahwa kejahatan ditanggung orang yang melakukannya. Jadi, darimana konsep dosa warisan berasal? Kata-kata Yesus Kristus sangat bertentangan dengan konsep dosa warisan.

Jika kau masih ragu-ragu, bacalah Ulangan 24:16 dan itu adalah ayat yang sangat jelas. Dan para Kristen yang ingin beradu argumen tentang konsep ini, mereka berkata “Ezekiel dan Bilangan merupakan Perjanjian Lama, sedangkan kami sebagai umat Kristen mengikuti Perjanjian Baru.” Tapi apa masalah dengan argumen macam ini. Masalahnya adalah, memang benar bahwa itu ada di dalam Perjanjian Lama, tapi kitab Perjanjian Lama tidak lebih tua daripada Adam. Jika dosa warisan telah menimpa umat manusia sejak zaman Adam, maka tidak akan pernah ada seorang Nabi dari zaman manapun yang mempunyai pemikiran bahwa kejahatan ditanggung oleh orang yang melakukannya. Nabi manapun dalam setiap zaman tentu akan mengajarkan konsep dosa warisan. Tapi nyatanya, tidak seorangpun mengajarkannya.

Jadi jika kita ingin mengetahui solusi dalam konsep dosa warisan ini, maka kita harus bertanya "apakah ada agama yang tetap konsisten dengan ajaran Yesus Kristus terkait dosa warisan?  Jawabannya adalah “Ya.”

Islam tidak mengenal konsep dosa warisan. Dalam agama Islam, setiap orang bertanggung jawab terhadap tindakannya masing-masing. Dalam Islam, seseorang menanggung dosanya sendiri ketika mereka sudah akhil balig (sudah cukup umur untuk membedakan antara hal baik dan buruk). Allah berfirman di dalam Al’Quran:

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh kecuali apa yang diusahakannya”
(An-Najm:39).”

"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri” (Al-Isra’:15)”

“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,” (An-Najm:38)

Jadi setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing dan tidak ada seorangpun yang akan masuk neraka karena mereka menanggung dosa warisanan sejak lahir.

Jika kau butuh informasi lebih lanjut, tolong kunjungi website-ku leveltruth.com dan kau bisa membaca bukuku, MisGod’ed. (Website dan bukunya berbahasa Inggris)


SUMBER: http://www.lampuislam.org/2012/12/dosa-warisan-itu-tidak-logis-dan.html

0 komentar "Meneliti Konsep Dosa Warisan", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar