CARA MENGENAL
ALLAH
Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada
pasti dapat dikenal dan hanya yang tidak ada yang tidak dapat dikenal. Karena
Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya,
tentulah Allah dapat dikenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah
terlebih dahulu mengenal kepada yang disembahnya, barulah ia berbuat ibadah
sebagimana sabda Nabi :
أَوَلُ الدِّيْنِ مَعْرِفَةُ اللهِ
Artinya: “Pertama
sekali di dalam agama ialah mengenal Allah
Kenallah
dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ
رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
Artinya: “Barangsiapa
yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang
mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.
Lalu diri mana yang wajib kita kenal? Sungguhnya diri kita terbagi dua
sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 20 :
وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ
ظَهِرَةً وَبَاطِنَةً
Artinya : Dan Allah telah
menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat batin.
Jadi
berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua:
1. Diri Zahir
yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh tangan.
2. Diri batin
yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata dan tidak dapat diraba oleh tangan,
tetapi dapat dirasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri
manusia
Karena
sedemikian pentingnya peran diri yang batin ini di dalam upaya untuk memperoleh
pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat ke dalam
diri (introspeksi diri) sebagimana firman Allah dalam surat az-Zariat
ayat 21:
وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya : Dan di dalam diri kamu
apakah kamu tidak memperhatikannya.
Allah
memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya disebabkan
karena di dalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana
di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya sebagaimana sabda Nabi di dalam
Hadis Qudsi :
بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ
قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً
وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى
السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)
Artinya: “Aku jadikan dalam
rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada
itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan
dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup
mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya
(labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.
(Hadis Qudsi)
Bagaimanakah
maksud hadis ini? Tanyalah kepada ahlinya, yaitu ahli zikir, sebagaimana firman
Allah dalam surat an-Nahal ayat 43 :
فَاسَئَلُوْا
أَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Tanyalah
kepada ahli zikrullah (Ahlus Shufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.”
Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk perkara yang dilarang untuk
menyampaikannya dan haram pula dipaparkan kepada yang bukan ahlinya (orang
awam), seabagimana dikatakan para sufi:
وَلِلَّهِ
مَحَارِمٌ فَلاَ تَهْتَكُوْهَا
Artinya: “Bagi
Allah itu ada beberapa rahasia yang diharamkan membukakannya kepada yang bukan
ahlinyah”.
Nabi juga ada
bersabda :
وَعَائِيْنِ
مِنَ الْعِلْمِ اَمَّا اَحَدُ هُمَا فَبَشَتْتُهُ لَكُمْ وَاَمَّااْلأَخِرُ
فَلَوْبَثَتْتُ شَيْئًا مِنْهُ قَطَعَ هَذَالْعُلُوْمَ يَشِيْرُ اِلَى حَلْقِهِ
Artinya: “Telah
memberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW dua cangkir yang berisikan ilmu
pengetahuan, satu daripadanya akan saya tebarkan kepada kamu. Akan tetapi yang
lainnya bila saya tebarkan akan terputuslah sekalian ilmu pengetahuan dengan
memberikan isyarat kepada lehernya.
اَفَاتُ
الْعِلْمِ النِّسْيَانُ وَاِضَاعَتُهُ اَنْ تَحَدَّثْ بِهِ غَيْرِ اَهْلِهِ
Artinya : “Kerusakan
dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan hilangnya ialah bila
anda ajarkan kepada yang bukan ahlinya.”
Adapun tentang Ilmu Fiqih atau Syariat Nabi bersabda:
بَلِّغُوْا
عَنِّى وَلَوْ اَيَةً
Artinya: “Sampaikanlah
oleh kamu walau satu ayat saja”.
Adapun Ilmu Fiqih tidak boleh disembunyikan, sebagaimana sabda Nabi SAW:
مَنْ
كَتَمَ عِلْمًا لِجَمِّهِ اللهِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barangsiapa
yang telah menyembunyikan suatu ilmu pengetahuan (ilmu syariat) akan dikekang
oleh Allah ia kelak dengan api neraka”.
Adapun ilmu hakikat atau ilmu batin memang tidak boleh disiar-siarkan kecuali
kepada orang yang menginginkannya. Memberikan dan mengajarkan ilmu hakikat
kepada yang bukan ahlinya ditakuti jadi fitnah disebabkan pemikiran otak
sebahagian manusia ini tidak sampai mendalami ke lubuk dasarnya yaitu ilmu
Allah Ta’ala. Ibarat kayu di hutan tidak sama tingginya, air di laut tidak sama
dalamnya, dan tanah di bumi tidak sama ratanya, demikian halnya dengan manusia.
Maka ahli Zikir (ahlus Shufi) inilah yang mendekati maqam wali-wali Allah yang
berada di bawah martabat para nabi dan rasul. Inilah makna tujuan Allah
memerintahkan supaya bertanya kepada ahli Zikir, karena ahli Zikir adalah
orang-orang yang senantiasa hati dan pikirannya selalu ingat kepada Allah serta
senantiasa mendapat bimbingan ilham dari Allah SWT.
Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai
pembimbing rohani atau mursyid. Tentang hal ini Abu Ali ats-Tsaqafi bertaka,
“seandainya seseorang mempelajari semua jenis ilmu dan berguru kepada banyak
ulama, maka dia tidak sampai ke tingkat para sufi kecuali dengan melakukan
latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur dan
dapat memberinya nasehat-nasehat. Dan barang siapa yang tidak mengambil akhlaknya
dari seorang syeikh yang melarangnya, serta memperlihatkan cacat-cacat dalam
amalnya dan penyakit-penyakit dalam jiwanya, maka dia tidak boleh diikuti dalam
memperbaiki muamalah”.
Namun tidaklah ilmu pengenalah kepada Allah ini diperoleh dengan mudah begitu
saja seperti mempelajari ilmu syari’at, karena ada satu syarat yang paling
utama yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mengambil ilmu ini dengan
dibai’at oleh seorang mursyid yang kamil mukamil yang masuk dalam rantai
silsilah para syeikh tarekat sufi yang bersambung-sambung sampai kepada
Rasulullah SAW. Oleh karena itu jalan satu-satunya bagi kita untuk dapat
mengenal Allah adalah dengan mempelajari ilmu tarekat di bawah bimbingan
seorang mursyid.
Tanya : Mengapa
hati memegang peran penting di dalam mengenal Allah?
Jawab : Bila kita sebut
nama hati, maka hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang merah tua seperti
hati ayam yang ada di sebelah kiri yang dekat jantung kita itu. Tetapi hati ini
adalah alam ghaib yang tak dapat dilihat oleh mata dan alat panca indra karena
ia termasuk alam ghaib (bersifat rohani). Tiap-tiap diri manusia memiliki hati
sanubari, baik manusia awam maupun manusia wali, begituja para nabi dan rasul.
Pada hati sanubari ini terdapat sifat-sifat jahat (penyakit hati), seperti :
hasad, dengki, loba, tamak, rakus, pemarah, bengis, takbur, ria, ujub, sombong,
dan lain-lain. Tetapi bilamana ia bersungguh-sungguh di dalam tarekatnya di
bawah bimbingan mursyidnya, maka lambat laun hati yang kotor dan berpenyakit
tadi akan bertukar bentuknya dari rupa yang hitam gelap pekat menjadi bersih
putih dengan mengikuti kegiatan suluk atau khalwat secara kontinyu. Manakala
hati yang hitam tadi telah berubah menjadi putih bersih, barulah ia memberikan
sinar. Hati yang putih bersih bersinar itulah yang dinamakan hati Rohani
(Qalbu) atau disebut juga dengan diri yang batin.
Seumpama kita bercermin di depan kaca, maka kita tidak akan dapat melihat apa
yang ada dibalik cermin selain muka kita, karena terhalang oleh cat merah yang
melekat disebaliknya. Tetapi bila cat merah itu kita kikis habis, maka akan
tampaklah di sebaliknya bermacam-macam dan berlapis-lapis cermin hingga sampai
menembus ke alam Nur, alam Jabarut, alam Lahut, hingga alam Hadrat Hak Allah
Ta’ala.
Itulah sebabnya bila kita hanya baru sebatas mengenal hati sanubari saja, maka
yang kita lihat hanya diri kita saja, sebab ditahan oleh cat merah tadi, yaitu
sifat-sifat jahat seperti: takabbur, ria, ujub, dengki, hasad, pemarah, loba,
tamak, rakus, cinta dunia, dan berbagai penyakit hati lainnya. Tetapi bila mana
cat merah itu telah terkikis habis, barulah ia akan menyaksikan alam yang lebih
tinggi dan mengetahuilah ia segala rahasia termasuk dirinya dan hakikatnya dan
juga alam seluruhnya dan akhirnya mengenallah ia akan Tuhannya. Itulah sebabnya
para wali-wali Allah itu lahir dari para sufi yaitu orang-orang yang telah
berhasil membersihkan hatinya dengan bantuan mursyidnya pada zahir sedang pada
hakikatnya dengan qudrat dan iradat Allah Ta’ala. Di sinilah terletak wajibnya
mengenal diri untuk jalan mengenal Allah.
Diposkan
1st January 2013 oleh Kalempau
ILMU HATI (ILMU TAREKAT)
Hati memegang peranan penting bagi manusia. Baik dan buruknya seseorang ditentukan oleh hati sebagaimana Hadis Nabi:
...اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً
اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila
ia telah baik maka baiklah sekalian badan.Dan bila ia rusak, maka rusaklah
sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang
dikatakan hati”.
Demikianlah pentingnya peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia wajib menjaga kesucian hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati manusia itu adalah disebabkan berbagai penyakit yang terdapat padanya sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah:
فِى
قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ
“Di dalam hati mereka ada penyakit”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)
Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin terdapat 6666 ayat Al-Qur’an dan 6666 urat di dalam tubuh manusia, demikian halnya dengan hati manusia, ada 6666 penyakit di dalam hati manusia. Dari sekian banyak penyakit yang ada di dalam hati manusia, ada beberapa penyakit hati yang paling berbahaya, di antaranya: hawa nafsu, cinta dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam, hasad, munafiq, ria, ujub, takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:
فَزَادَهُمُ
اللهُ مَرَضًا
“Lalu ditambah Allah penyakitnya”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)
Demikianlah bahayanya apabila manusia itu tidak segera membersihkan hatinya,
maka Allah akan terus menambah penyakitnya. Oleh sebab itu kewajiban pertama
bagi manusia adalah terlebih dahulu ia harus mensucikan hatinya sebagaimana
firman Allah:
قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّ
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat
Tuhan-Nya, maka didirikannya sembanhyang”. (Q.S.
87 Al-A’la: 14-15)
Dari penjelasan surah Al-A’la di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa ada tiga kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:
1. Kewajiban Mensucikan Hati
Di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah
menyatakan bahwa orang-orang yang telah mensucikan hatinya sesungguhnya telah
memperoleh keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
-
Apa yang dimaksud dengan hati yang
bersih?
-
Bagaimana cara membersihkan hati?
-
Mengapa orang yang mensucikan
hatinya disebut orang yang beruntung?
-
Apa keuntungan yang diperoleh oleh
orang yang telah mensucikan hatinya?
Pertama, apa
yang dimaksud dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda ahmad Arifin yang
dimaksud dengan hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain
Allah. Artinya seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang
senantiasa selalu mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi berkata:
قَلْبُ
الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ اللهُ
“Hati
orang mukmin itu adalah rumah Allah”.
Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin
satu-satunya cara membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Ilmu
hati ini lazim disebut dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu
hakikat, ilmu tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk
mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk dapat menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:
مَاكَذَبَ
الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah.
Apabila kita telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan
mengingat Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana
Hadis Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ
صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala
sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang
beruntung? Menurut Syekh Ahmad Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang
telah mensucikan hatinya sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan
karena sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang
dapat mengenal Allah. Menurut al-Ghazali hati manusia berfungsi sebagai cermin
yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tida tertutup oleh
kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan
hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang disebut sebagai
orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan
hatinya? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang
yang telah mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya
Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan
merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S.
91 As-Syamsi: 9-10)
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah
mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang
dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang
yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan
pernah dapat mengenal Tuhannya.
2. Kewajiban Mengingat Allah
Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat
mengingat Allah kalau kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat
mengenal-Nya kalau kita belum pernah berjumpa. Dan mustahil kita dapat berjumpa
dengan Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri dan belajar kepada orang
yang telah dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerinthakan kepada kita
agar menyertakan diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana sabda
Nabi:
كُنْ مَعَ اللهُ
وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ
يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ
“Sertakanlah
kepada Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka sertakanlah dirimu
kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada
Allah”.
Berdasarkan Hadis di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah mencari
guru (wasilah) agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya.
Setelah manusia itu dapat mengenal Allah maka kewajiban kedua baginya adalah
mengingat Tuhan-Nya.
3. Kewajiban Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan
kewajiban pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk mengingat-Nya
sebagaimana firman Allah:
اِنَّنِى
أَنَااللهُ لاَإِلَهَ اِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوةَ لَذِكْرِى
“Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)
Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan
15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan
makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat
perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya dengan surat Al-A’la
ayat 14.
Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya
Aku ini Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah
kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada
surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah
orang-orang yang mensucikan hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah
dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain memiliki
persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang
satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan
kepada manusia kewajiban untuk mengenal Allah. Pada surah al-A’la ayat 14 Allah
berfirman: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat
ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang
yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang
dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di
atas dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan
bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya
agar ia dapat mengenal Tuhannya.
Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: “Tiada Tuhan
selain Aku”. Bila kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita
ketahui bahwa maksud yang terkandung di dalamnya adalah perintah untuk
mengingat-Nya, sebab kalimat “Tiada Tuhan selain Allah”, bermakna
tidak ada yang boleh diingat selain Allah. Firman Allah pada surat al-A’la ayat
15: “Dan mengingat Tuhannya”. Dari uraian singkat di atas dapat
disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi manusia adalah mengingat Tuhannya.
Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: “Sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Bila kita analisis pada ayat di
atas bahwa printah sembah datang setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan
untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan dengan
mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah tersebut
senada dengan firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Maka dirikanlah
shlalat”. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut
sama-sama mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban ketiga.
Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh
perhatian besar terhadap hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai
kewajiban ketiga. Karena sesungguhnya perintah shalat itu diterima setelah
terlebih dahulu Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad sebelum ia menghadap
Allah. Sebab Allah itu tidak dapat dilihat oleh mata kepala Nabi Muhammad
tetapi hanya dapat dilihat oleh mata hati Nabi Muhammad. Oleh sebab itu sebelum
Nabi Muhammad berjumpa dengan Allah, terlebih dahulu Jibril mensucikan hatinya,
agar nur yang ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab dengan nur
itulah Nabi Muhammad dapat menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di dalam surah
al-Isra’ ayat 1 Allah menggunakan kalimat Maha Suci, sebab Allah itu Maha Suci
dan hanya dapat dilihat oleh hamba-hamba-Nya apabila mereka telah mensucikan
hati mereka.
Adapun makna Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad menurut Syekh Muda Ahmad
Arifin pada hakikatnya adalah sesungguhnya Malaikat Jibril menyampaikan
pengenalan kepada Allah dalam istilah ilmu tarekat lazim disebut dengan bai’at.
Praktik bai’at yang diterima oleh Nabi dari gurunya Malaikat Jibril
diteruskan kepada Ali ibn Abi Thalib dan praktik seperti ini terus berlanjut
dari guru ke murid dalam rangkaian silsilah hingga saat ini. Praktik bai’at
yang diterapkan di kalangan ahli tarekat sesungguhnya mengacu pada pola yang
dilaksanakan oleh Nabi. Jadi berdasarkan tradisi bai’at inilah muncul
istilah bahwa “Barangsiapa yang tidak mempunyai syekh maka gurunya adalah
setan” sebab Nabi sendiri tidak dapat mengenal Allah tanpa berguru kepada
Malaikat Jibril, apalagi kita sebagai manusia biasa yang hina dan dhaif
yang tidak mempunyai kedudukan apa-apa di sisi Allah maka mustahil dapat
mengenal Allah tanpa guru. Oleh sebab itu Nabi bersabda:
اَلْعِلْمُ
عِلْمَانِ فَعِلْمُ بَطِنِ فِى قَلْبِى فَذَالِكَ هُوَ نَفِعِى
“ilmu
itu ada dua macam, adapun ilmu batin yang di dalam hati itu jauh lebih
bermanfaat”.
Dari penjelasan Hadis di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidak hanya para sufi
yang menaruh perhatian besar terhadap hati, bahkan Nabi sendiri lewat Hadisnya
secara tegas menyatakan keutamaan ilmu hatilah manusia dapat mengenal Allah.
Menurut Syekh Ahmad Arifin kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak mau
mempelajari ilmu hati dan lebih mengutamakan ilmu syari’at. Oleh sebab itu
menurutnya mayoritas umat Islam saat ini tidak mengenal yang mereka sembah dan
sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata sebagaimana firman Allah:
فَوَيْلٌ
لِلْقَسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ ذِكْرِاللهِ أُلَئِكَ فِى ضَلَلٍ مُّبِيْنٍ
“Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat
mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)
Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya,
yang kesemuanya itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun
kebanyakan umat Islam saat ini tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka
menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat diterima oleh Allah SWT, karena
merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal sesungguhnya mereka berada
dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya orang-orang yang bertauhid si sisi
Allah adalah orang-orang yang telah mempelajari ilmu hati. Sebab hanya dengan
mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Jadi sesungguhnya
orang-orang yang tidak mempelajari ilmu hati adalah orang-orang yang bertauhid
di sisi manusia tetapi sesungguhnya kafir di sisi Allah, sebab tauhid mereka
hanya di lidah, namun hatinya tidak pernah menyaksikan Allah. Mereka menganggap
bahwa dengan mengucap dua kalimah syahadat dan percaya dalam hati berarti telah
Islam dan beriman di sisi Allah. Padahal keislaman dan keimanan mereka itu
barulah sebatas percaya kepada Allah. Oleh sebab itu orang-orang yang
mengabaikan atau tidak mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat) sesungguhnya adalah
orang-orang yang mengabaikan tauhid.
Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui betapa pentingnya mempelajari ilmu
hati (ilmu tarekat). Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu tauhid yang sesungguhnya
adalah dengan mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat).
Diposkan
1st January 2013 oleh Kalempau
- Dzikir Syariat : “La Ilaha Illallah” diucapkan berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan/mulut tak berucap lagi, rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yg sama maknanya dengan Waktu 12 jam, dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para malaikat bumi (Malaikatul Ahyar) ketika ALLAH SWT menciptakan setiap makhlukNYA di muka bumi.
- Dzikir Tarekat : “ALLAH”ALLAH”ALLAH” diucapkan berulang2 di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus pada nama tadi sehingga nama ALLAH tadi membuat & menciptakan alam bayangan hidup didepan mata anda sendiri, jangan kaget & takut oleh fenomena tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah Kepada ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dgn ayat & doa : audzu billahi minas syathanir rajim…………… La ilaha illallah anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin……….lalu lafazkan… ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN ( Allah Yang Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga Hambanya yg beriman).
- Dzikir Hakikat : “HU”HU”HU (DIA ALLAH) diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana (hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikir”HU” sebenarnaya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada manusia.
- Dzikir Ma’rifat : ” HU”AH”-”HU”AH”-HU”AH” atau HU-WAH” (Dia ALLAH Bersamaku”) sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat & ma’rifat, dzikir tersebut dilantunkan dalam hati saja dengan gerakan nafas “HU” masuk kedalam “AH” keluar nafas, pada para sufi (wali Allah) ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat luas faedah hidayahnya & karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir rahasia2 Allah Swt pada gerakan kehidupan ini.
KENALI JASAD, JIWA, RUH DAN HATI ANDA
Pada umumnya orang hanya mengetahui
manusia itu hanya terdiri dari jasad dan ruh. Mereka tidak memahami
sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur , iaitu:
Jasad, Jiwa dan Ruh.
Ini dapat dibuktikan dalam firman Allah Taala surah Shaad
(38:71-73) yang bermaksud:
Ingatlah ketika Tuhan MU berfirman
kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka
apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya, maka Ku tiupkan kepadanya Ruh Ku.
Maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud
semuannya.
Pada ayat yang lain pula, Allah
menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs). Surah Asy Syams (91:7-10) .
Firmanya yang bermaksud:
Dan demi nafs (jiwa) serta
penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan
kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan
sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam
Al Quran tentang proses kejadian jasad (jisim). Surah Al Mukminun (23:12-14):
Dan sesungguhnya Kami telah menciptkan
manusia dari saripati dari tanah, Kemudian jadilahlah saripati itu air mani
yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang ini Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka
maha suci Allah. Pencipta yang paling baik.
Jasad
Jasad atau jisim adalah angggota tubuh
manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan lain-lain. Ia
dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derejat paling rendah. Keadaannya
dan sifatnya dapat mecium, meraba, melihat. Dari jasad ini timbullah
kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al Quran
Surat Ali Imran, yang bermaksud:
Dijadikan indah pada pandangan manusia
, merasa kecintaan apa-apa yang dingininya (syahwat) iaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatan ternakan dan sawah ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah tempat sebaik-baik kembali.
Jiwa (Nafs)
Kebanyakan orang mengaitkannya dengan
diri manusia atau jiwa. Padahal ianya berkaitan dengan derejat atau kedudukan
manusia yang paling rendah dan yang paling tinggi. Jiwa ini memiliki dua jalan
iaitu:
- Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
- Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
Hawa nafsu. Hawa nafsu lebih cenderung
kepada sifat-sifat tercela, yang menyesatkan dan menjauhkan dari Allah.
Sebagaimana Allah Taala berfirman surah (Shaad :26) yang bermaksud:
..... dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah
Kaitan hati dan hawa nafsu.
Hati memainkan peranan yang sangat
penting dalam diri manusia ia menjadi sasaran utama kepada Syaitan. Syaitan
sedaya upaya menutupi hati manusia dari menerima Nur llahi. Sebagaimana sabda
Rasulullah yang bermaksud:
Jikalau tidak kerana syaitan-syaitan
itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka boleh milihat kerajaan langit Allah
Cara syaitan menutupi hati manusia itu
dengan cara –cara tertentu iaitu dengan menghidupkan hawa nafsu tercela dan
yang membawa ke arah maksiat. Semuanya sudah tersedia berada adalam diri
manusia, ianya dikenali dengan nafsu ammarah bissu, nafsu sawiyah dan nafsu
lawammah..
Para ahli tasawwuf mengatakan bahawa
syaitan (anak iblis) memasuki hati manusia melalui sembilan lubang anggota
manusia iaitu dua lubang mata, dua lubang hidung, kedua lubang kemaluan dan
lubang mulut. Buta manusia bukan buta biji matanya tetapi buta hatinya
sebagaimana bukti yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam surah (Al Hajj :46)
bermaksud:
Kerana sesungguhnya bukan mata yang
buta, tetapi yang buta ialah hati di dalam dada.
Mereka juga mengatakan yang membutakan
hati ialah kejahilan atau tidak memahami tentang hakikat perintah Allah SWT.
Kejahilan yang tidak segera diubati akan menjadi semakin bertimbun. Allah SWT
berfirman dalam surah (Al Baqarah:2-9) yang bermaksud:
Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka yang menipu diri sendiri, sedangkan
mereka tidak menyedarinya.
Demikian bahayanya penyakit hati yang
dihembuskan syaitan melalui hawa nafsu manusia. Sehingga Rasulullah pernah
berpesan setelah kembali dari perang Badar. Beliau bersabda :
Musuhmu yangterbesar adalah nafsymu
yang berada di antara kedua lambungmu (Riwayat Al-Baihaki)
Jihad yang paling utama adalah jihad
seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya.(Riwayat Abnu An-Najari)
Diri Manusia
Nafs atau jiwa sebagai diri manusia
adalah suatu yang paling berharga kerana ia berkaitan dengan nilai hidup
manusia dan nafs yang diberi rahmat dan redha oleh Allah. Sebagaimana firmannya
dalam surah (Al-Fajr : 27-30 ) yang bermaksud:
Hai jiwa yang tenang (Nafsu
Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam
syurgaKu.
Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53) yang bermaksud:
Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang
beri rahmat oleh Tuhanku.
Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
Barang siapa yang mengenal dirinya , maka ia mengenal
Tuhannya.
Hadis ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah
mengenal diri. Diri atau nafs di sini adalah nafs mutmainnah iaitu nafsu yang
tidak terpengaruh oleh goncangan hawa nafsu dan syahwat.
Setiap manusia mempunyai nafs yang berbeza. Ada nafs yang
menuju jalan cahaya ada nafs yang menuju jalan kegelapan.
Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak
sempurna ketenangannya terutama ketika lupa kepada Allah disebut nafsu
lawammah. Firman Allah Taala dalam surah
(Al Qiyammah:2) yang bermaksud:
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu
lawammah)
Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan
kemampuan tertentu manusia iaitu dengan pancaran batin. Sebagaimana firman
Allah dalam surah (Al-Araaf:26) yang bermaksud:
Pakaian taqwa yang menjaga mu dari kejahatan itu adalah yang
paling baik.
Ruh
Ruh mempunyai dua arah pengertian iaitu :
a. Sebagai
nyawa
b. Sebagai
suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa)
Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah
lampu yang menerangi ruang. Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala maka ruangan menajdi
terang. Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
Manakala dalam pengertian yang kedua,
Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat
berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah yang disebut sebagai
Latifah Rabaniyyah (hati erti kedua)
Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan
sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal dan Ruhul Qudsiyah.
Ruhul Amin yang bermaksud adalah
malaikat Jibrail. Firman Allah dalam surah (Asy-Syu’
araa:192-193) yang bermaksud:
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al –Amin (Jibrail)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh
manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya
ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi
kamu sedikit sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah yang bermaksud ruh yang datang dari Allah
(bukan Jibrail), tetapi yang menjdi penunjuk dan pengkhabar gembira bagi
orang-orang beriman. Ini adalah ruh yang disucikan dihadirat Allah. Ia
bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna.
Hati
Hati merupakan raja bagi seluruh diri
manusia dan tubuh. Perilaku dan perangai seseorang merupakan cerminan hatinya.
Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat menghubungkan manusia dengan Allah.
Dengan demikian untuk mengenal diri
harus dimulai dengan mengenal hati sendiri.
Hati mempunyai dua pengertian:
- Hati jasmani iaitu sepotong daging yang terl;etak di dada sebelsah kiri, hati jenis ini haiwan pun memilinya.
- Hati Ruhaniyyah iaitu sesuatu yang halus. Hati yang merasa, mengerti, mengetahui, dierpinta dituntut. Dinalai juga dengan Latifah Rabaniyyah.
Hati Ruhaniyyah inilah merupakan tempat
iman dan tempat mengenal diri . Sebagaimana firma Allah dalam surah
(Ar-Ra’d:28) yang bermaksud:
Iaitu orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tanang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah hati menjadi tenang.
Hadis qudsi yang bermaksud:
Tidak akan cukup menaggung untuk Ku
bumi dan langitKU tetapi cukup bagiKu hanyalah hati (qalb) hambaKu yang nukamin
(Riwayat Ad Darimi)
Nafsu Mutmainnah
Bila hati manusia jauh dari goncangan
yang disebabkan bisikan syaitan, hawa nafsu dan syahwat , maka ia disebut nafs
Mutmainnah, Apabila ia tunduk dan redha kepada Allah sepenuhnya, maka ia
disebut nafs mardhiyyah (nafs yang redha)
Namun jika manusia membiarkan hatinya
berada dalam pengaruh hawa nafsu dan syahwat, maka ia akan menjadi orang yang
tersesat, lama kelamaan tergelicir dan dimurkai Allah, Sebagaimana Firman Allah
dalam surah (Jaastsiyah:23) yang bermaksud:
Maka pernahkan kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan
ilmu Nya dan Allah telah mengunci mata pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil
iktibarnya.
Ingat hawa nafsu dan syahwat bukan
dibunuh atau dihilangkan, tetapi dikawal oleh nafsu mutmainnah. Di mana ada
saatnya hawa nafsu ini perlu dikeluarkan. Sebagaimana firma Allah dalam surah
(An Nazi’at:40-41) yang bermaksud:
Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan manahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka
sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.
Nah, jika hati kita telah diselubungi
oleh nafsu mutmainnah, maka nafsu mutmainnah inmi menajdfi imam (penunjuk) bagi
selruh tubuh dan dirinya, sseeunggunya nafsu mutmainnah inilah disebit-sebut
sebagai jati diri manusia (hakikat dari manusia). Allah berfirma dalam surah
(Al Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”,
mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan
demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami
adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Jika hati yang sakit, maka lupa
terhadap perjanjian kita dengan Allah yang pernah diucapkan seperti dalam surah
Al Araaf ayat 172 di atas.
Tapi di antara sekian banyak manusia,
ada yang yang berjaya menyihatkan kembali jiwanya (nafsu mutmainnah). Apabila
jiwa kita telah hidup, bercahaya, sihat kembali, maka jiwa ini akan dapat
melihat kerajaan langit Allah. Dalam hal ini bila Ruhul Qudsiyah telah menyala
dan bersinar , maka jadilah hatinya rumah Allah , orang-orang yang berjaya ini
disebut Ahli Al- Bait. Sebagiamana firman Allah dalam surah (Ali Imran:164)
yang bermaksud:
Sesunggunya Allah telah memeberi kurnia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang
rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihakan jiwa mereka dan mengajarakan mereka al kitab dan al
hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalagh benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.
Lagi, sabda Rasulullah yang bermaksud:
Hati oarmg-orang beriman adalah
Baitullah (Rumah Allah)
Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan
Allah dalam diri manusia. Allah Taala adalah sumber cahaya langit dan bumi dan
ruhul qudsiyah adalah sunber cahaya yang ada dalam hati yang digambarkan
sebagai pelita, Sebagaimana firmanNya dalam surah (An Nuur:35) yang bermaksud:
...Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya
adalah seperti sebuah lubang yang tak tertimbus, yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita ini di dalam kaca dan kaca ini seakan-akan bintang yang
memantulkan cahaya seperti mutiara.
RAHASIA MAKRIFAT
: MAKRIFAT TAUHIDUL IMAN
Makrifat adalah nikmat yang teramat
besar, bahkan kenikmatan syurga tiada sebanding dengan nikmat menatap wajah
Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan
kebahagiaan.
Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut bahawa umatnya dapat melihat Allah SWT di saat fana maupun jaga (sadar). KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya).
Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman). Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu masing-masing.
Pada pandangan amnya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya (hakikatnya) bukan begitu. Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi makrifat Allah SWT itu Esa pada wujud hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16: Aku lebih dekat dari urat lehernya. QS Az Zariyat51 :21: Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan.
Masing-masing hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan (Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh melampaui batas (tidak makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta hambaku di mana saja dia berada. Oleh itu, janganlah risau dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi.
Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti mana yang diceritakan di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan permintaan Musa untuk melihatNya QS Al A’raaf 7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:” Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu.” Allah berfirman: ”Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku,
(rahasianya: tidak ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat melihat Allah. Hamba terdinding daripada Allah, kerana selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba).
tetapi pandanglah ke gunung itu,
(Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga Allah Taala berpisah sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pengsan, bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut)
jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku.
(” Engkau adalah aku, aku adalah engkau “, apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) tajalinya itu menjadikan gunung itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.)
Setelah Nabi Musa sedar, dan berkata: ” Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)”
Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh menjadi syirik dan kufur.
Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan Allah.
Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut bahawa umatnya dapat melihat Allah SWT di saat fana maupun jaga (sadar). KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya).
Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman). Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu masing-masing.
Pada pandangan amnya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya (hakikatnya) bukan begitu. Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi makrifat Allah SWT itu Esa pada wujud hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16: Aku lebih dekat dari urat lehernya. QS Az Zariyat51 :21: Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan.
Masing-masing hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan (Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh melampaui batas (tidak makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta hambaku di mana saja dia berada. Oleh itu, janganlah risau dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi.
Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti mana yang diceritakan di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan permintaan Musa untuk melihatNya QS Al A’raaf 7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:” Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu.” Allah berfirman: ”Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku,
(rahasianya: tidak ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat melihat Allah. Hamba terdinding daripada Allah, kerana selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba).
tetapi pandanglah ke gunung itu,
(Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga Allah Taala berpisah sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pengsan, bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut)
jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku.
(” Engkau adalah aku, aku adalah engkau “, apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) tajalinya itu menjadikan gunung itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.)
Setelah Nabi Musa sedar, dan berkata: ” Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)”
Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh menjadi syirik dan kufur.
Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan Allah.
Diposkan
1st January 2013 oleh Kalempau
1
RAHASIA MAKRIFAT: RAHASIANYA MENGENAL ZAT ALLAH
DAN ZAT RASULULLAH
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal
Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:-
1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang baharu sebagaimana kata:
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Ertinya: Awal ugama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara Tuhan dengan hamba.
BAITULLAH KALBU MUKMININ
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!
PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merosakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang!
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!
PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merosakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang!
ASAL USUL MAKRIFAT
Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan
Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan
Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit.
Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan
Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan
Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit.
API
MA'RIFATULLAH
Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api
Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali.
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”.
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
• Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
• Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
• Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
sumber: http://kalempauu.blogspot.com/
http://nurhayun.blogspot.com/2010/06/marifatullah.html
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”.
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
• Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
• Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
• Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
sumber: http://kalempauu.blogspot.com/
http://nurhayun.blogspot.com/2010/06/marifatullah.html
0 komentar "MENGENAL DIRI SENDIRI - SYARIAT, TAREKAT, HAKEKAT, MAKRIFAT", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar